Kamis, Agustus 27, 2015

Rumah Terakhir

Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya, namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.

Sang mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan akhli bangunan yang handal. Namun, ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir, sebelum tukang kayu tua itu berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah. Dengan berat hati, si tukang kayu menyanggupi permintaan tersebut. Namun, karena sudah berniat pensiun, ia enggan mengerjakan tugas akhirnya itu dengan segenap hati.

Mengetahui hal itu, sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah semampumu! Kamu bebas membangun rumah dengan semua bahan terbaik yang ada." Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia malas-malasan dan asal-asalan saat membuat rangka bangunan. ia malas mencari bahan-bahan berkualitas tinggi, sehingga ia menggunakan bahan-bahan berkualitas rendah. 

Sangat disayangkan memang, ia memilih cara yang buruk untuk menghakhiri karirnya. Saat rumah itu selesai, sang mandor datang untuk memeriksa. Setelah memeriksa semua ruangan, saat akan keluar dari rumah itu, ia berkata kepada si tukang kayu, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku!"

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia tentu sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh! Sekarang, sebagai akibat dari perbuatannya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.

Cerita di atas dikutip dari Buku Open Your Heart Follow Your Prophet